Dari Ubadah bin Shamit r.a. berkata, "Suatu ketika Rasulullah saw. keluar untuk memberitahu kami mengenai Lailatul Qadar. Tetapi sayang waktu itu, terjadi pertengkaran diantara dua orang Islam, setelah itu Rasulullah bersabda, "Aku keluar untuk memberitahu kapan munculnya Lailatul Qadar, tetapi sayang si fulan dan si fulan saling mencaci, sehingga penentuan mengenainya telah diangkat, barangkali hal itu lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh, dan kelima.".
Dalam hadits ini mengandung tiga hal yang penting diperhatikan:
Hal pertama yang paling penting adalah mengenai pertengkaran yang merupakan sesuatu yang sangat buruk sehingga penentuan mengenai Lailatul Qadar telah diangkat karenanya, bahkan bukan hanya itu, pertengkaran pun merupakan penyebab terhalangnya keberkahan selama-lamanya.
Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabat, "Maukah kamu aku beritahukan suatu 'amalan yang lebih baik dari shalat, puasa dan sedekah?". Para sahabat menjawab. "Beritahukan kami, Rasulullah saw. menjawab, "Menjalin hubungan baik di antara sesama adalah 'amalan yang paling mulia, dan pertengkaran di antara sesama adalah pengikisan terhadap agama seperti pisau cukur mencukur bersih rambut seketika. Begitu juga, dengan sebab pertengkaran di antara sesama maka agama akan habis. Bagaimana lagi dengan orang yang tidak beragama? Padahal banyak orang Islam yang biasa bertasbih dengan panjang-panjang tertimpa musibah pertengkaran pada setiap waktu. Pertama hendaklah difikirkan hadits Rasulullah saw. ini, kemudian kita fikirkan agama ini karena banyak orang yang belum mendapat taufik untuk 'mengalah' demi perdamaian.
Di dalam bab pertama telah diterangkan adab-adab puasa, di situ Rasulullah saw. telah menerangkan bahwa riba yang paling buruk dan kotor adalah merusak nama baik orang lain, namun di saat kita berada dalam pertengkaran yang memuncak, sama sekali tidak mempedulikan kehormatan orang lain dan tidak menyadari tentang firman Allah dan sabda Rasul-Nya yang benar mengenai hal ini. Padahal Allah Swt. berfirman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Dan janganlah saling menghujat di antara kalian, karena (dengan hal itu) akan hilang kehormatan dan kekuatan kamu. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Qs. al Anfaal [8] ayat 46)
Mereka yang setiap saat senantiasa berfikir untuk menjatuhkan kehormatan orang lain, hendaknya kini duduk menyendiri sambil merenung, betapa dia sedang merugikan dirinya sendiri dan betapa hinanya dia dalam pandangan Allah, karena perbuatan-perbuatannya yang kotor dan tercela itu. Sehingga nampaklah kehinaan dirinya di dunia ini.
Rasuluilah saw. bersabda, "Barangsiapa yang memutuskan tali silaturahmi dengan saudaranya yang muslim lebih dari tiga hari kemudian ia mati dalam keadaan demikian, maka ia akan langsung masuk neraka.".
Di dalam sebuah hadits dikatakan, pada hari Senin dan kamis amalan-amalan manusia akan dibawa ke hadapan Allah Swt. dengan rahmat Allah Swt ,selain orang musyrik dosa-dosa mereka senantiasa diampuni kecuali dosa dua orang yang saling bertengkar. Mengenai ampunan bagi mereka Allah Swt. berfirman,
"Aku tangguhkan pengampunan untuk mereka sehingga mereka berdamai.".
Dalam hadits lain dikatakan bahwa setiap hari Senin dan Kamis 'amalan-amalan manusia akan dibawa ke hadapan Allah, pada hari itu orang yang bertaubat maka taubatnya akan diterima dan orang yang meminta ampun maka akan diampuni, kecuali orang-orang yang bertengkar satu sama lain, mereka akan dibiarkan dalam keadaan demikian.
Dalam hadits yang lain dikatakan, pada malam yang ke empat belas bulan Sya'ban (nisfu sya'ban), rahmat Allah tertuju kepada setiap makhluk- Nya dan seluruh manusia akan diampuni kecuali kepada dua orang: Pertama orang kafir, kedua orang yang menyimpan dendam dalam hatinya kepada orang lain.
Rasulullah saw. bersabda, "Tiga orang yang shalat mereka tidak akan diangkat di atas kepala mereka untuk diterima walaupun sejengkal. Di antaranya adalah orang yang bertengkar satu sama lain."
Hadits-hadits tersebut sebetulnya telah keluar dari topik pembicaraan dalam bab ini, tetapi saya sengaja menulis hadits-hadits tersebut karena perbuatan yang kotor ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakat awam saja, bahkan masyarakat tertentu yang dianggap mulia dan kalangan orang beragama juga terkena penyakit ini baik di majelis-majelis mereka, di perkumpulan-perkumpulan, dan ceramah-ceramah mereka. Hanya kepada Allah lah tempat mengadu dan meminta pertolongan.
Namun perlu diketahui, semua ini adalah berkenaan dengan permusuhan atau pertengkaran yang bersifat duniawi, apabila karena kefasikan seseorang atau karena melindungi suatu urusan agama maka meninggalkan hubungan dengannya dibolehkan.
Suatu ketika Ibnu Umar r.a. meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah saw. maka anaknya mengucapkan suatu kalimat yang berbentuk kritikan kepada hadits Rasulullah saw. tersebut, maka dengan sebab itu beliau tidak berbicara dengan anaknya sampai mati. Masih banyak kisah seperti itu yang terjadi dalam kehidupan para sahabat. Namun Allah Swt. Maha Mengetahui dan Maha Melihat, juga Maha Tahu keadaan qalbu manusia. Siapakah diantara mereka yang memutuskan hubungan karena agama dan siapakah yang memutuskannya karena membela kehormatan, kebanggaan dan kebesaran dirinya. Karena setiap orang bisa beralasan bahwa dendam dan kebenciannya semata-mata karena agama.
Hal kedua yang perlu diperhatikan dari hadits di atas adalah hendaknya dia merasa ridha, menerima, dan menyerah di hadapan hikmah Ilahi. Yakni, walaupun pencabutan ketentuan malam Lailatul Qadar merupakan hikmah Ilahi yang di dalamnya terdapat kebaikan yang begitu besar, namun karena semua ini datang dari Allah, maka Rasulullah saw bersabda, "Mudah-mudahan hal ini adalah yang terbaik bagi kalian.
Hal ini adalah suatu pelajaran yang sangat berharga dan penting untuk direnungkan, betapa murahnya Allah kepada hamba-Nya dalam setiap waktu, walaupun seorang hamba-Nya itu tertimpa musibah karena perbuatan dosa nya, namun setelah diberi sedikit peringatan, kemurahan Allah akan meliputinya, dan musibah itu sendiri juga menjadi sebab bagi kebaikan yang besar, karena bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang sulit.