Para ulama telah menyebutkan beberapa kebaikan mengenai dirahasiakannya malam Lailatul Qadar:
Pertama, Apabila malam Lailatul Qodar ditetapkan, maka orang-orang yang mempunyai kebiasaan buruk akan meninggalkan sama sekali malam-malam yang lain. Maka dengan diangkatnya ketetapan ini, seseorang akan mengira mungkin hari ini adalah malam Lailatul Qodar. sehingga orang-orang yang mempunyai keinginan yang kuat akan memperoleh taufik untuk beribadah di malam-malam lainnya.
Kedua, banyak di antara kita yang tidak dapat mengelak dari perbuatan maksiat. Betapa bahaya dan malangnya mereka jika mereka mengetahui malam tersebut adalah malam Lailatul Qadar sedangkan mereka masih berani melakukan dosa dan maksiat.
Suatu ketika Rasulullah saw. memasuki masjid, terlihat seorang sahabat sedang tidur. Beliau berkata kepada Ali r.a., "Bangunkanlah dia supaya dia dapat berwudhu.". Sayidina Ali pun membangunkannya, kemudian berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah saw. engkau selalu bersegera dalam melakukan kebaikan, mengapa tidak engkau saja yang membangunkannya."
Kemudian dijawab oleh Rasulullah saw., "Aku khawatir orang ini akan mengingkari suruhanku, sedangkan mengingkari suruhanku adalah kufur. Jika ia menolak suruhanmu, dia tidak menjadi kufur." Begitu juga Allah Swt. dengan rahmat-Nya tidak menginginkan seorang islam yang telah mengetahui tepatnya malam Lailatul Qadar tetapi masih berani berbuat dosa.
Ketiga, apabila malam Lailatul Qodar itu ditentukan waktunya dan kebetulan terlewati oleh seseorang, maka kemungkinan dia akan meninggalkan beribadah di malam-malam lainnya dengan alasan sudah terlanjur dan sebagainya. Padahal seseorang itu hendaknya meluangkan paling sedikit semalam atau dua malam penuh di bulan Ramadhan untuk beribadah.
Keempat, sebanyak mana malam-malam itu digunakan untuk mencari Gailatul Qodar, maka dia akan mendapatkan pahala tersendiri dalam setiap malam itu.
Kelima, Allah Swt. membanggakan kepada malaikat mengenai ibadah di bulan Ramadhan yang dilaksanakan oleh hamba-Nya, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits sebelumnya. Maka dalam hal ini kesempatan untuk berbangga akan lebih bertambah karena di balik ke tidak tahu an hamba-Nya tentang Lailatul Qodar dan perkiraan-perkiraan mereka mengenainya, mereka tetap berjaga-jaga di sepanjang malam-malam Ramadhan dan menyibukkan dirinya dengan 'ibadah. Apabila di balik ketidaktahuan mengenai Lailatul Qodar mereka begitu berusaha untuk mendapatkannya, maka bagaimana halnya bila mereka diberitahu bahwa malam ini adalah Lailatul Qodar.
Di samping itu masih banyak terdapat kebaikan yang disembunyikan oleh Allah mengenai malam Lailatul Qadar. Sudah menjadi kebiasaan Allah menyembunyikan hal-hal yang sangat penting seperti Ismul A'zham, satu saat
khusus di hari Jum'at yang merupakan saat mustajabnya do'a, dan masih banyak lagi hal-hal penting lainnya yang disembunyikan oleh Allah Swt.
Kemungkinan ini juga bisa terjadi bahwa pencabutan kepastian malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan ini secara khusus karena pertengkaran, kemudian karena beberapa kemaslahatan yang disebutkan tadi, akhirnya diangkat untuk selama-lamanya.
Hal ketiga yang disebutkan dalam hadits di atas adalah anjuran untuk mencari malam Lailatul Qadar pada tiga malam, yaitu malam 29, 27 dan 25.
Dengan membaca hadits di atas, dan dihubungkan dengan hadits lain, maka diketahui bahwa tiga malam ini adalah sepuluh malam yang akhir dari ramadhan.
Jadi untuk menentukan kapan lailatul Qadar, jika perhitungan dimulai pada malam ke 20, maka kemungkinan terjadinya lailatul Qadar adalah pada malam ke 29, 27 dan 25.
Sebaliknya, apabila dihitung dari malam ke 29 (Ramadhan yang mempunyai 29 hari) sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain, maka Lailatul Qadar ini akan jatuh pada malam ke-21, 23 atau 25 dan jika jurnlah Ramadhannya 30 hari maka malam yang di maksud adalah malam ke-22, 24 dan ke-26.
Selain itu masih banyak riwayat mengenai penentuan malam Lailatul Qadar yang karenanya terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya bahwa terdapat sekitar lima puluh pendapat ulama mengenai penentuan Lailatul Qadar.
Karena banyak hadits yang berbeda dalam hal ini, maka para ulama berpendapat bahwa malam Lailatul Qadar tidak dikhususkan pada malam tertentu, tapi berbeda malam-malamnya sesuai dengan perbedaan tahun-tahunnya juga. Setiap tahun terkadang Rasulullah saw. memerintahkan untuk mencari Lailatul Qadar pada beberapa malam dan pada sebagian tahun Rasulullah saw. terkadang menentukan malamnya.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, satu ketika di dalarn majelis Rasulullah saw. disebutkan mengenai Lailatul Qadar, maka Rasulullah saw. bertanya, "Tanggal keberapakah hari ini?" Para sahabat r.a. menjawab, "Tanggal yang ke-22 Ramadhan.". Rasulullah saw. bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam ini".
Abu Dzar r.a. meriwayatkan, "Saya bertanya kepada Rasulullah saw, apakah Lailatul Qadar itu hanya dikhususkan pada zaman Rasulullah saw. saja, dan apakah akan berlangsung setelah zaman Rasulullah saw ?, Beliau menjawab, "Ia akan berlangsung hingga hari kiamat.". Lalu saya bertanya, "Pada bulan manakah, Lailatul Qadar ini akan turun?" Rasulullah saw. menjawab, "Carilah pada sepuluh malam yang pertama dan sepuluh malam yang terakhir.".
Setelah itu Rasulullah saw. sibuk dengan pekerjaannya. Akupun menunggu untuk mendapatkan kesempatan lain lalu bertanya, "Dalam bagian mana dari sepuluh hari itu turunnya Lailatul Qadar?" Pertanyaan ini menyebabkan Rasulullah saw. marah kepadaku, lalu bersabda. "Lailatul Qadar itu tersembunyi dariku, baik sebelumnya atau pun sesudahnya. Apabila Allah Swt. bermaksud untuk memberitahukannya, maka Dia akan memberitahukannya. Carilah pada tujuh hari terakhir dan setelah itu kamu jangan bertanya lagi.".
Dalam hadits lain Rasulullah saw. telah memberitahu seorang sahabat bahwa Lailatul Qadar ditetapkan pada malam ke-23. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Ketika saya sedang tidur, seseorang telah berkata kepadaku dalam mimpi, "Bangunlah, ini malam Lailatul Qadar.". Maka saya segera bangun dan pergi kepada Rasulullah saw. dan saya lihat beliau sedang mengerjakan shalat. Malam itu adalah malam ke-23.". Riwayat lain menyebutkan bahwa malam Lailatul Qadar ditetapkan pada malam ke-24.
Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Barangsiapa yang berjaga sepanjang malam pada sepanjang tahun, pastilah dia akan mendapatkan Lailatul Qadar." (maksudnya, Lailatul Qadar akan berlangsung sepanjang tahun). Ketika hal ini diberitahukan kepada Ubay bin Kaab r.a, ia pun berkata, "Ya, maksud Ibnu Mas'ud itu ialah janganlah seseorang itu hanya beribadah pada satu malam saja.". Kemudian beliau bersumpah dan berkata, bahwa Lailatul Qadar turun pada malam ke-27.
Demikian juga pendapat para sahabat r.a dan para tabi'in rah.a, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27. Inilah pendapat Ubay bin Kaab r.a, sedangkan pendapat Ibnu Mas'ud r.a. adalah bahwa seseorang yang senantiasa beribadah sepanjang tahun pasti akan mendapatkan Lailatul Qadar.
Dari hadits yang terdapat dalam kitab Durrul Mantsur seperti yang telah disebutkan di atas, kita dapat mengetahui bahwa menurut para imam, terutama pendapat terkenal dari Imam Abu Hanifah rah.a, bahwa Lailatul Qadar bergerak sepanjang bulan Ramadhan.
Imam Muhammad dan Imam Abu Yusuf berpendapat bahwa malam tersebut adalah suatu malam dari seluruh malam pada bulan Ramadhan yang telah ditentukan, tetapi waktunya tidak diketahui. imam Syafi'i rah.a berpendapat bahwa kemungkinan besar Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21, Imam Malik dan imam Ahmad bin Hambal rah. a. berpendapat, Lailatul Qadar akan berputar pada sepuluh malam yang ganjil di akhir bulan Ramadhan, dan selalu berubah dari tahun ke tahun. Tetapi kebanyakan ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar lebih besar kemungkinan jatuh pada malam ke-27.
Namun demikian, terlepas dari apakah adanya Lailatul Qadar hanya sekali atau pun dua kali dalam setahun, yang jelas setiap orang hendaknya terus berusaha dan mencarinya sepanjang tahun pada tiap malam. Apabila tidak mungkin, maka carilah pada bulan Ramadhan. Apabila masih dianggap sulit, anggaplah Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir Ramadhan.
Wallohu 'alam.
Pertama, Apabila malam Lailatul Qodar ditetapkan, maka orang-orang yang mempunyai kebiasaan buruk akan meninggalkan sama sekali malam-malam yang lain. Maka dengan diangkatnya ketetapan ini, seseorang akan mengira mungkin hari ini adalah malam Lailatul Qodar. sehingga orang-orang yang mempunyai keinginan yang kuat akan memperoleh taufik untuk beribadah di malam-malam lainnya.
Kedua, banyak di antara kita yang tidak dapat mengelak dari perbuatan maksiat. Betapa bahaya dan malangnya mereka jika mereka mengetahui malam tersebut adalah malam Lailatul Qadar sedangkan mereka masih berani melakukan dosa dan maksiat.
Suatu ketika Rasulullah saw. memasuki masjid, terlihat seorang sahabat sedang tidur. Beliau berkata kepada Ali r.a., "Bangunkanlah dia supaya dia dapat berwudhu.". Sayidina Ali pun membangunkannya, kemudian berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah saw. engkau selalu bersegera dalam melakukan kebaikan, mengapa tidak engkau saja yang membangunkannya."
Kemudian dijawab oleh Rasulullah saw., "Aku khawatir orang ini akan mengingkari suruhanku, sedangkan mengingkari suruhanku adalah kufur. Jika ia menolak suruhanmu, dia tidak menjadi kufur." Begitu juga Allah Swt. dengan rahmat-Nya tidak menginginkan seorang islam yang telah mengetahui tepatnya malam Lailatul Qadar tetapi masih berani berbuat dosa.
Ketiga, apabila malam Lailatul Qodar itu ditentukan waktunya dan kebetulan terlewati oleh seseorang, maka kemungkinan dia akan meninggalkan beribadah di malam-malam lainnya dengan alasan sudah terlanjur dan sebagainya. Padahal seseorang itu hendaknya meluangkan paling sedikit semalam atau dua malam penuh di bulan Ramadhan untuk beribadah.
Keempat, sebanyak mana malam-malam itu digunakan untuk mencari Gailatul Qodar, maka dia akan mendapatkan pahala tersendiri dalam setiap malam itu.
Kelima, Allah Swt. membanggakan kepada malaikat mengenai ibadah di bulan Ramadhan yang dilaksanakan oleh hamba-Nya, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits sebelumnya. Maka dalam hal ini kesempatan untuk berbangga akan lebih bertambah karena di balik ke tidak tahu an hamba-Nya tentang Lailatul Qodar dan perkiraan-perkiraan mereka mengenainya, mereka tetap berjaga-jaga di sepanjang malam-malam Ramadhan dan menyibukkan dirinya dengan 'ibadah. Apabila di balik ketidaktahuan mengenai Lailatul Qodar mereka begitu berusaha untuk mendapatkannya, maka bagaimana halnya bila mereka diberitahu bahwa malam ini adalah Lailatul Qodar.
Di samping itu masih banyak terdapat kebaikan yang disembunyikan oleh Allah mengenai malam Lailatul Qadar. Sudah menjadi kebiasaan Allah menyembunyikan hal-hal yang sangat penting seperti Ismul A'zham, satu saat
khusus di hari Jum'at yang merupakan saat mustajabnya do'a, dan masih banyak lagi hal-hal penting lainnya yang disembunyikan oleh Allah Swt.
Kemungkinan ini juga bisa terjadi bahwa pencabutan kepastian malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan ini secara khusus karena pertengkaran, kemudian karena beberapa kemaslahatan yang disebutkan tadi, akhirnya diangkat untuk selama-lamanya.
Hal ketiga yang disebutkan dalam hadits di atas adalah anjuran untuk mencari malam Lailatul Qadar pada tiga malam, yaitu malam 29, 27 dan 25.
Dengan membaca hadits di atas, dan dihubungkan dengan hadits lain, maka diketahui bahwa tiga malam ini adalah sepuluh malam yang akhir dari ramadhan.
Jadi untuk menentukan kapan lailatul Qadar, jika perhitungan dimulai pada malam ke 20, maka kemungkinan terjadinya lailatul Qadar adalah pada malam ke 29, 27 dan 25.
Sebaliknya, apabila dihitung dari malam ke 29 (Ramadhan yang mempunyai 29 hari) sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain, maka Lailatul Qadar ini akan jatuh pada malam ke-21, 23 atau 25 dan jika jurnlah Ramadhannya 30 hari maka malam yang di maksud adalah malam ke-22, 24 dan ke-26.
Selain itu masih banyak riwayat mengenai penentuan malam Lailatul Qadar yang karenanya terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya bahwa terdapat sekitar lima puluh pendapat ulama mengenai penentuan Lailatul Qadar.
Karena banyak hadits yang berbeda dalam hal ini, maka para ulama berpendapat bahwa malam Lailatul Qadar tidak dikhususkan pada malam tertentu, tapi berbeda malam-malamnya sesuai dengan perbedaan tahun-tahunnya juga. Setiap tahun terkadang Rasulullah saw. memerintahkan untuk mencari Lailatul Qadar pada beberapa malam dan pada sebagian tahun Rasulullah saw. terkadang menentukan malamnya.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, satu ketika di dalarn majelis Rasulullah saw. disebutkan mengenai Lailatul Qadar, maka Rasulullah saw. bertanya, "Tanggal keberapakah hari ini?" Para sahabat r.a. menjawab, "Tanggal yang ke-22 Ramadhan.". Rasulullah saw. bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam ini".
Abu Dzar r.a. meriwayatkan, "Saya bertanya kepada Rasulullah saw, apakah Lailatul Qadar itu hanya dikhususkan pada zaman Rasulullah saw. saja, dan apakah akan berlangsung setelah zaman Rasulullah saw ?, Beliau menjawab, "Ia akan berlangsung hingga hari kiamat.". Lalu saya bertanya, "Pada bulan manakah, Lailatul Qadar ini akan turun?" Rasulullah saw. menjawab, "Carilah pada sepuluh malam yang pertama dan sepuluh malam yang terakhir.".
Setelah itu Rasulullah saw. sibuk dengan pekerjaannya. Akupun menunggu untuk mendapatkan kesempatan lain lalu bertanya, "Dalam bagian mana dari sepuluh hari itu turunnya Lailatul Qadar?" Pertanyaan ini menyebabkan Rasulullah saw. marah kepadaku, lalu bersabda. "Lailatul Qadar itu tersembunyi dariku, baik sebelumnya atau pun sesudahnya. Apabila Allah Swt. bermaksud untuk memberitahukannya, maka Dia akan memberitahukannya. Carilah pada tujuh hari terakhir dan setelah itu kamu jangan bertanya lagi.".
Dalam hadits lain Rasulullah saw. telah memberitahu seorang sahabat bahwa Lailatul Qadar ditetapkan pada malam ke-23. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Ketika saya sedang tidur, seseorang telah berkata kepadaku dalam mimpi, "Bangunlah, ini malam Lailatul Qadar.". Maka saya segera bangun dan pergi kepada Rasulullah saw. dan saya lihat beliau sedang mengerjakan shalat. Malam itu adalah malam ke-23.". Riwayat lain menyebutkan bahwa malam Lailatul Qadar ditetapkan pada malam ke-24.
Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Barangsiapa yang berjaga sepanjang malam pada sepanjang tahun, pastilah dia akan mendapatkan Lailatul Qadar." (maksudnya, Lailatul Qadar akan berlangsung sepanjang tahun). Ketika hal ini diberitahukan kepada Ubay bin Kaab r.a, ia pun berkata, "Ya, maksud Ibnu Mas'ud itu ialah janganlah seseorang itu hanya beribadah pada satu malam saja.". Kemudian beliau bersumpah dan berkata, bahwa Lailatul Qadar turun pada malam ke-27.
Demikian juga pendapat para sahabat r.a dan para tabi'in rah.a, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27. Inilah pendapat Ubay bin Kaab r.a, sedangkan pendapat Ibnu Mas'ud r.a. adalah bahwa seseorang yang senantiasa beribadah sepanjang tahun pasti akan mendapatkan Lailatul Qadar.
Dari hadits yang terdapat dalam kitab Durrul Mantsur seperti yang telah disebutkan di atas, kita dapat mengetahui bahwa menurut para imam, terutama pendapat terkenal dari Imam Abu Hanifah rah.a, bahwa Lailatul Qadar bergerak sepanjang bulan Ramadhan.
Imam Muhammad dan Imam Abu Yusuf berpendapat bahwa malam tersebut adalah suatu malam dari seluruh malam pada bulan Ramadhan yang telah ditentukan, tetapi waktunya tidak diketahui. imam Syafi'i rah.a berpendapat bahwa kemungkinan besar Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21, Imam Malik dan imam Ahmad bin Hambal rah. a. berpendapat, Lailatul Qadar akan berputar pada sepuluh malam yang ganjil di akhir bulan Ramadhan, dan selalu berubah dari tahun ke tahun. Tetapi kebanyakan ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar lebih besar kemungkinan jatuh pada malam ke-27.
Namun demikian, terlepas dari apakah adanya Lailatul Qadar hanya sekali atau pun dua kali dalam setahun, yang jelas setiap orang hendaknya terus berusaha dan mencarinya sepanjang tahun pada tiap malam. Apabila tidak mungkin, maka carilah pada bulan Ramadhan. Apabila masih dianggap sulit, anggaplah Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir Ramadhan.
Wallohu 'alam.