Keenam
Yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang yang berpuasa adalah, hendaknya setelah berpuasa selalu merasa khawatir, apakah puasanya diterima oleh Allah atau tidak. perasaan seperti ini juga hendaknya dijaga di saat selesai melaksanakan semua bentuk ibadah, siapa tahu ada kekurangan yang kurang diperhatikan di dalamnya sehingga ibadah itu ditolak dan dilemparkan kembali ke mulut kita.
Rasulullah saw. bersabda, "Banyak pembaca al Quran yang mendapat kutukan teris menerus dari al Quran."
Rasulullah juga bersabda, "Pada hari kiamat, orang yang pertama kali dihisab oleh Allah adalah seorang syahid (orang yang gugur di jalan Allah). Allah akan memanggilnya dan mengatakan akan nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepadanya. Dia pun mengakuinya, kemudian akan ditanyakan kepadanya, Apa yang telah kamu lakukan untuk mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan itu?"
Syahid itu menjawab, Aku berperang di jalan-Mu sehingga aku gugur sebagai syahid," Maka dijawab oleh Allah, "Kamu dusta, kamu berperang agar disebut sebagai pemberani (pahlawan), dan kamu telah rnemperoleh gelar seperti itu."
Maka Ia diseret dengan mukanya dan dimasukkan ke dalam Jahanam.
Kemudian seorang 'alim (orang yang banyak ilmu agamanya) dipanggil. Dia juga akan diingatkan oleh Allah dengan nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya dan ditanya dengan pertanyaan yang sama. Dia akan menjawab, "Ya Allah! Aku telah menggunakan nikmat-nikmat itu untuk mencari ilmu, mengajar orang lain dan membaca al Quran karena Engkau."
Kemudian Allah berfirman, "Kamu dusta, kamu lakukan itu semua semata-mata untuk dipanggil sebagai ulama dan kamu mendapat gelar itu."
Kemudian diperintahkan supaya dia diseret dengan mukanya dalam keadaan telungkup dan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam. Setelah itu seorang hartawan dipanggii ke hadapan Allah. Setelah diingatkan dengan nikmat-nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya, maka dia pun mengakuinya.
Sebagai jawaban dari pertanyaan Allah Swt, dia berkata, "Tidak ada satu jalan kebaikan pun yang patut saya beri infaq melainkan telah saya belanjakan harta saya di dalamnya karena Engkau.". Allah pun menjawab, "Kamu dusta, kamu lakukan semua itu agar kamu disebut sebagai dermawan, dan kamu pun telah mendapat gelar itu." Setelah itu ia pun diperintahkan agar diseret dengan keadaan mukanya ke bawah dan dicampakkan ke dalam neraka Jahanam."
Peristiwa seperti ini banyak diriwayatkan dalam beberapa hadits. Oleh karena itu hendaknya bagi orang yang berpuasa sambil menjaga niatnya merasa takut dari hal seperti itu dan juga senantiasa berdo'a semoga Allah Swt. menjadikan puasanya sebagai penyebab keridhaannya. Perlu diperhatikan juga bahwa seseorang tidak boleh menganggap puasanya tidak layak untuk diterima, tetapi hendaklah ia melihat dan mengharap kemurahan Allah Swt., karena kemurahan-Nya tidak terbatas. Terkadang Allah Swt. memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik walaupun diselingi dosa, maka pasti Allah Swt. juga memberikan pahala atas amalan baik walupun di dalamnya terdapat sedikit kesalahan.
Enam hal yang disebutkan di atas adalah penting bagi orang-orang saleh yang awam. Sedangkan bagi orang-orang yang lebih tinggi tingkat ketakwaannya yakni para Muqarrabin (orang yang lebih dekat kepada Allah Swt.) ada satu perkara lagi yang hendaknya mereka miliki yaitu hatinya tidak memberikan perhatian kepada apa pun kecuali hanya kepada Allah Swt. Bahkan membayangkan atau mengkhawatirkan tentang ada atau tidaknya makanan untuk berbuka pun adalah suatu kekeliruan.
Sebagian ulama menulis bahwa ketika berpuasa memikirkan makanan atau berusaha mendapatkan sesuatu untuk berbuka adalah suatu kesalahan (dosa), karena hal ini menunjukkan kurangnya keyakinan dia terhadap jaminan rezeki yang telah dijanjikan Allah Swt. kepadanya.
Mengenai hal ini, lebih jauh lagi telah diulas dalam kitab syarah Ihya Ulumiddin, bahwa beberapa orang ulama terdahulu jika suatu makanan datang kepada mereka sebelum berbuka puasa dengan sebab perkataannya, maka mereka akan memberikan makanan itu kepada orang lain, karena mereka khawatir bahwa hatinya telah berpaling kepada selain Allah Swt. dan telah berkurang rasa tawakkalnya kepada Allah Swt. Namun hal seperti itu hanya dimiliki orang-orang besar. Bagi diri kita, menginginkan hal seperti itu bukan pada tempatnya. Seandainya kita mengikuti cara yang mereka tempuh padahal kita belum sampai pada derajat keimanan seperti yang mereka miliki, berarti kita menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan.
Para ahli tafsir menulis bahwa dalam ayat 'Telah diwajibkan kepadamu berpuasa" menunjukkan bahwa perintah puasa itu diwajibkan kepada setiap anggota badan manusia. Maka puasa lidah adalah menjauhi perkataan dusta dan lain-lain, puasa telinga tidak mendengarkan maksiat, puasa mata tidak melihat sesuatu yang sia-sia. Demikian pula puasa seluruh anggota tubuh yang lainnya, bahkan puasa diri adalah menjaganya dari rakus dan syahwat.
Puasa hati adalah mengosongkannya dari kecintaan kepada dunia. Puasa rohani adalah senantiasa mengingat akan kelezatan dan kenikmatan akhirat.
Dan puasa yang sangat rahasia dan khusus adalah puasa pikiran, yaitu tidak
memikirkan segala sesuatu selain Allah Swt.
Yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang yang berpuasa adalah, hendaknya setelah berpuasa selalu merasa khawatir, apakah puasanya diterima oleh Allah atau tidak. perasaan seperti ini juga hendaknya dijaga di saat selesai melaksanakan semua bentuk ibadah, siapa tahu ada kekurangan yang kurang diperhatikan di dalamnya sehingga ibadah itu ditolak dan dilemparkan kembali ke mulut kita.
Rasulullah saw. bersabda, "Banyak pembaca al Quran yang mendapat kutukan teris menerus dari al Quran."
Rasulullah juga bersabda, "Pada hari kiamat, orang yang pertama kali dihisab oleh Allah adalah seorang syahid (orang yang gugur di jalan Allah). Allah akan memanggilnya dan mengatakan akan nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepadanya. Dia pun mengakuinya, kemudian akan ditanyakan kepadanya, Apa yang telah kamu lakukan untuk mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan itu?"
Syahid itu menjawab, Aku berperang di jalan-Mu sehingga aku gugur sebagai syahid," Maka dijawab oleh Allah, "Kamu dusta, kamu berperang agar disebut sebagai pemberani (pahlawan), dan kamu telah rnemperoleh gelar seperti itu."
Maka Ia diseret dengan mukanya dan dimasukkan ke dalam Jahanam.
Kemudian seorang 'alim (orang yang banyak ilmu agamanya) dipanggil. Dia juga akan diingatkan oleh Allah dengan nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya dan ditanya dengan pertanyaan yang sama. Dia akan menjawab, "Ya Allah! Aku telah menggunakan nikmat-nikmat itu untuk mencari ilmu, mengajar orang lain dan membaca al Quran karena Engkau."
Kemudian Allah berfirman, "Kamu dusta, kamu lakukan itu semua semata-mata untuk dipanggil sebagai ulama dan kamu mendapat gelar itu."
Kemudian diperintahkan supaya dia diseret dengan mukanya dalam keadaan telungkup dan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam. Setelah itu seorang hartawan dipanggii ke hadapan Allah. Setelah diingatkan dengan nikmat-nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya, maka dia pun mengakuinya.
Sebagai jawaban dari pertanyaan Allah Swt, dia berkata, "Tidak ada satu jalan kebaikan pun yang patut saya beri infaq melainkan telah saya belanjakan harta saya di dalamnya karena Engkau.". Allah pun menjawab, "Kamu dusta, kamu lakukan semua itu agar kamu disebut sebagai dermawan, dan kamu pun telah mendapat gelar itu." Setelah itu ia pun diperintahkan agar diseret dengan keadaan mukanya ke bawah dan dicampakkan ke dalam neraka Jahanam."
Peristiwa seperti ini banyak diriwayatkan dalam beberapa hadits. Oleh karena itu hendaknya bagi orang yang berpuasa sambil menjaga niatnya merasa takut dari hal seperti itu dan juga senantiasa berdo'a semoga Allah Swt. menjadikan puasanya sebagai penyebab keridhaannya. Perlu diperhatikan juga bahwa seseorang tidak boleh menganggap puasanya tidak layak untuk diterima, tetapi hendaklah ia melihat dan mengharap kemurahan Allah Swt., karena kemurahan-Nya tidak terbatas. Terkadang Allah Swt. memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik walaupun diselingi dosa, maka pasti Allah Swt. juga memberikan pahala atas amalan baik walupun di dalamnya terdapat sedikit kesalahan.
Enam hal yang disebutkan di atas adalah penting bagi orang-orang saleh yang awam. Sedangkan bagi orang-orang yang lebih tinggi tingkat ketakwaannya yakni para Muqarrabin (orang yang lebih dekat kepada Allah Swt.) ada satu perkara lagi yang hendaknya mereka miliki yaitu hatinya tidak memberikan perhatian kepada apa pun kecuali hanya kepada Allah Swt. Bahkan membayangkan atau mengkhawatirkan tentang ada atau tidaknya makanan untuk berbuka pun adalah suatu kekeliruan.
Sebagian ulama menulis bahwa ketika berpuasa memikirkan makanan atau berusaha mendapatkan sesuatu untuk berbuka adalah suatu kesalahan (dosa), karena hal ini menunjukkan kurangnya keyakinan dia terhadap jaminan rezeki yang telah dijanjikan Allah Swt. kepadanya.
Mengenai hal ini, lebih jauh lagi telah diulas dalam kitab syarah Ihya Ulumiddin, bahwa beberapa orang ulama terdahulu jika suatu makanan datang kepada mereka sebelum berbuka puasa dengan sebab perkataannya, maka mereka akan memberikan makanan itu kepada orang lain, karena mereka khawatir bahwa hatinya telah berpaling kepada selain Allah Swt. dan telah berkurang rasa tawakkalnya kepada Allah Swt. Namun hal seperti itu hanya dimiliki orang-orang besar. Bagi diri kita, menginginkan hal seperti itu bukan pada tempatnya. Seandainya kita mengikuti cara yang mereka tempuh padahal kita belum sampai pada derajat keimanan seperti yang mereka miliki, berarti kita menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan.
Para ahli tafsir menulis bahwa dalam ayat 'Telah diwajibkan kepadamu berpuasa" menunjukkan bahwa perintah puasa itu diwajibkan kepada setiap anggota badan manusia. Maka puasa lidah adalah menjauhi perkataan dusta dan lain-lain, puasa telinga tidak mendengarkan maksiat, puasa mata tidak melihat sesuatu yang sia-sia. Demikian pula puasa seluruh anggota tubuh yang lainnya, bahkan puasa diri adalah menjaganya dari rakus dan syahwat.
Puasa hati adalah mengosongkannya dari kecintaan kepada dunia. Puasa rohani adalah senantiasa mengingat akan kelezatan dan kenikmatan akhirat.
Dan puasa yang sangat rahasia dan khusus adalah puasa pikiran, yaitu tidak
memikirkan segala sesuatu selain Allah Swt.
