Hal yang paling menentukan dalam kehidupan manusia ialah kenal dan
tidaknya ia dengan Penciptanya. Dekat atau jauhnya ia dengan Al Kholiq.
Karena Dialah Yang Menciptakan segala sesuatunya. Dialah Pencipta
seluruh makhluq, Penguasa di semua alam. Tiada yang luput dari
kekuasaannya. Dan tak ada suatupan yang mampu menghijab KudratNya di
setiap makhluq.
Perhatikan bagaimana dari tanah yang sama, bisa mengeluarkan bermacam-macam tumbuhan yang berbeda baik jenis maupun ragamnya. Jika dalam ilmu alam,berapa jumlah species,atau genus di alam semesta ini.
Dialah Alloh 'Azza wa Jalla yang telah mendesain semua itu.
Semua yang ada di bumi maupun di langit dalam Penataan serta PengaturanNya. IlmuNya meliputi segala hal. Jika dalam fisika orang mengenal system rotasi planet, revolusi dan segala macam,maka kenalkah mereka dengan Pencipta system itu. Apa jadinya andaikata Pengendali semua system itu lalai meski sesaat? Dialah Robbul system, Tuhannya semua system yang ada.
Perhatikan sebutir pasir yang jika dimasukkan ke dalam air tentu tenggelam. Kemudian tengoklah ke atas di siang hari yang terang, maka akan anda lihat di atas sana, matahari yang mengapung –apung di angkasa tanpa tiang penyangga.
Itulah kerikil yang besar, yang sudah begitu lama terbang di angkasa. Adakah ia berjalan dengan sendirinya??. Sungguh, tanpa menghubungkan semua kejadian dengan Yang Maha Menentukan, tentu dalam kesalahan yang fatal.
Sebagaimana 'ibnu Ath thoilah mengumpamakan pandangan manusia yang menilai sesuatu hanya dari makhluq ke makhluq hasilnya makhluq lagi,seperti halnya seekor keledai penggilingan.
Si keledai merasa ia telah berjalan jauh kemana-mana, padahal nyatanya ia hanya berputar di tempatnya saja. Seperti itulah jalan fikir orang-orang yang tidak mengenal Tuhannya dengan benar.
Maka bagi mereka yang telah mengenal Tuhannya dengan baik, yang telah berhubungan baik denganNya, tidak ada kebingungan dalam hidup mereka. Sama saja bagi mereka keadaan mereka di dunia ini yang sama sekali tidak mereka hiraukan. Lihatlah kepada Nabi Agung Muhammad saw, yang mana di rumah beliau tidaklah ditemukan sama sekali kemewahan dunia. Yang ada cuma tikar dan tempat air untuk berwudlu.
Bukan warisan harta yang Beliau tinggalkan, namun semua ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang benar, yang paling dasar, yang sangat menentukan kehidupan. Karena menyangkut nasib manusia dalam masa yang kekal.
Seorang professor yang mana telah puas dan bangga dengan yang telah ia dapat sedang duduk di kursi pesawat. Sesaat kemudian, pesawat tersebut jatuh terperosok ke dalam hutan. Semua penumpang mati,kecuali si professor tadi. Sejam yang lalu si professor berfikir bahwa ilmunya lah yang paling benar. Saat perutnya kosong, ia berusaha mencari makanan. Namun yang dilihatnya adalah hutan belantara yang berisi pohon-pohon berbuah yang tinggi-tinggi. Kini berubahlah jalan fikir si professor tadi.
Menurutnya sekarang ilmu yang bermanfaat adalah ilmu memanjat pohon. Begitulah …. Bagaimana seandainya pesawat tadi jatuhnya di tengah-tengah laut? Mungkin si professor mengira bahwa ilmu yang bermanfaat ternyata ilmu berenang. Lalu sekarang, bagaimana jika ia sampai di kuburannya nanti?
Ilmu apa yang paling dibutuhkan ??
Perhatikan bagaimana dari tanah yang sama, bisa mengeluarkan bermacam-macam tumbuhan yang berbeda baik jenis maupun ragamnya. Jika dalam ilmu alam,berapa jumlah species,atau genus di alam semesta ini.
Dialah Alloh 'Azza wa Jalla yang telah mendesain semua itu.
Semua yang ada di bumi maupun di langit dalam Penataan serta PengaturanNya. IlmuNya meliputi segala hal. Jika dalam fisika orang mengenal system rotasi planet, revolusi dan segala macam,maka kenalkah mereka dengan Pencipta system itu. Apa jadinya andaikata Pengendali semua system itu lalai meski sesaat? Dialah Robbul system, Tuhannya semua system yang ada.
Perhatikan sebutir pasir yang jika dimasukkan ke dalam air tentu tenggelam. Kemudian tengoklah ke atas di siang hari yang terang, maka akan anda lihat di atas sana, matahari yang mengapung –apung di angkasa tanpa tiang penyangga.
Itulah kerikil yang besar, yang sudah begitu lama terbang di angkasa. Adakah ia berjalan dengan sendirinya??. Sungguh, tanpa menghubungkan semua kejadian dengan Yang Maha Menentukan, tentu dalam kesalahan yang fatal.
Sebagaimana 'ibnu Ath thoilah mengumpamakan pandangan manusia yang menilai sesuatu hanya dari makhluq ke makhluq hasilnya makhluq lagi,seperti halnya seekor keledai penggilingan.
Si keledai merasa ia telah berjalan jauh kemana-mana, padahal nyatanya ia hanya berputar di tempatnya saja. Seperti itulah jalan fikir orang-orang yang tidak mengenal Tuhannya dengan benar.
Maka bagi mereka yang telah mengenal Tuhannya dengan baik, yang telah berhubungan baik denganNya, tidak ada kebingungan dalam hidup mereka. Sama saja bagi mereka keadaan mereka di dunia ini yang sama sekali tidak mereka hiraukan. Lihatlah kepada Nabi Agung Muhammad saw, yang mana di rumah beliau tidaklah ditemukan sama sekali kemewahan dunia. Yang ada cuma tikar dan tempat air untuk berwudlu.
Bukan warisan harta yang Beliau tinggalkan, namun semua ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang benar, yang paling dasar, yang sangat menentukan kehidupan. Karena menyangkut nasib manusia dalam masa yang kekal.
Seorang professor yang mana telah puas dan bangga dengan yang telah ia dapat sedang duduk di kursi pesawat. Sesaat kemudian, pesawat tersebut jatuh terperosok ke dalam hutan. Semua penumpang mati,kecuali si professor tadi. Sejam yang lalu si professor berfikir bahwa ilmunya lah yang paling benar. Saat perutnya kosong, ia berusaha mencari makanan. Namun yang dilihatnya adalah hutan belantara yang berisi pohon-pohon berbuah yang tinggi-tinggi. Kini berubahlah jalan fikir si professor tadi.
Menurutnya sekarang ilmu yang bermanfaat adalah ilmu memanjat pohon. Begitulah …. Bagaimana seandainya pesawat tadi jatuhnya di tengah-tengah laut? Mungkin si professor mengira bahwa ilmu yang bermanfaat ternyata ilmu berenang. Lalu sekarang, bagaimana jika ia sampai di kuburannya nanti?
Ilmu apa yang paling dibutuhkan ??
