Sobat DUNIA ISLAM,, Saatnya kita ngaji lagi yukk. Karena selain makanan jasmani, ruhani kita juga perlu makanan. Dan belajar ilmu agama, adalah makanan bagi ruhani kita. Ngomong2 soal makanan, kali ini kita kupas mengenai hal ihwal lapar dan sikap kita terhadap makanan.
Dari Aisyah r.ha, ia berkata, "Selama hidupnya, Rasulullah saw tidak pernah makan kenyang dengan roti gandum dalam dua hari berturut-turut hingga beliau wafat.". (H.r. Tirmidzi — Syama'il)
Inilah kehidupan Rasulullah saw yang tidak hanya diceritakan dalam beberapa hadits, tetapi beratus-ratus hadits juga menyatakan bahwa seperti itulah cara Rasulullah saw menjalani kehidupan.
Pada zaman ini banyak terdengar berita tentang kemiskinan dan kelaparan yang menimpa kaum muslimin. Namun, berapa orang di antara mereka yang selama dua hari berturut-turut pernah mengalami tidak makan roti dalam seumur hidupnya?
Dalam kitab Syama'il Tirmidzi juga telah dikutip sebuah hadits mengenai kehidupan keluarga Rasulullah saw. Hingga beliau wafat, ternyata mereka tidak pernah makan kenyang selama dua hari berturut-turut walaupun hanya tepung roti gandum.
Ibnu Abbas r.huma berkata, "Rasulullah saw dan keluarganya telah menghabiskan malam-malam mereka dalam keadaan tidak makan beberapa malam berturut-turut. Di rumah Rasulullah saw, semua ahli keluarga beliau mengalami kelaparan sepanjang malam, dan Rasulullah saw sendiri telah menyambung hidupnya dengan rotl gandum saja.
Sahal r.a pernah ditanya seseorang, "Apakah Rasulullah saw biasa makan tepung yang halus?". Ia menjawab, "Mungkin selama hayat beliau yang berkah itu, beliau tidak pernah mellhat tepung halus sampai beliau wafat.". Orang itu bertanya lagi, "Apakah pada zaman Rasulullah saw kalian tidak menggunakan penyaring tepung?". Sahal r.a menjawab, "Saringan tepung belum ada pada zaman Rasulullah saw.".
Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana kalian makan tepung dan roti yang belum disaring?". Jawab Sahal r.a, "Tepung itu kami goyangkan satu kali di tempatnya lalu kami tiup, hingga yang kasar beterbangan, dan yang tersisa itulah yang dimasak dan dibuat roti.".
Sebuah hadits menyatakan bahwa barangsiapa mengurangi makan dan minum di dunia, maka Allah swt akan membanggakannya di hadapan para malaikat dengan firmannya, "Lihatlah, Aku memberikan kekurangan makanan dan minuman, tetapi ia bersabar. Bersaksilah kamu bahwa Aku akan meninggikan derajatnya di surga sesuai dengan setiap suapan yang ia kurangi di dunia.". (Ihya').
Meskipun demikian, hendaknya kita ingat bahwa tidaklah sepantasnya jika kita mengurangi makan secara berlebihan, sehingga membahayakan kesehatan dan menyebabkan terganggunya amalan agama. Inilah sebabnya mengapa kita disunnahkan makan sahur, yaitu agar kita tidak menjadi lemah ketika berpuasa. Begitu juga, kita disunnahkan tidur pada tengah hari (qailulah) agar dapat membantu ibadah pada tengah malam.
Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada wadah yang lebih buruk daripada perut dari segi isinya. Jika terpaksa rnakan, hendaknya membagi perut menjadi tiga bagian. Satu bagian diisi dengan makanan, sebagian diisi dengan minuman atau air, dan yang ketiga ditinggalkan kosong untuk pernapasan.".
Suatu ketika, Fathimah r.ha membawa sepotong roti kepada Rasulullah saw. Lalu beliau saw bertanya, "Apakah itu?".
Fathimah r.ha menjawab, "Ya Rasulullah, hari ini saya telah memasak roti dan saya tidak suka memakannya tanpa engkau ikut makan bersama kami.".
Rasulullah saw bersabda, "Dalam tiga hari, inilah makanan pertama yang masuk ke mulut ayahmu.".
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa menahan lapar di dunia, ia akan kenyang di akhirat. Dan Allah swt sangat tidak menyukai banyak makan sehingga tidak dapat dicerna. Barangsiapa tidak makan sesuatu, padahal ia sangat ingin memakannya, maka akan disediakan baginya satu derajat di surga.".
Umar r.a berkata, "Hindarilah dirimu dari makan kenyang, karena yang demikian itu menyebabkan perasaan berat ketika hidup, dan menjadi kotoran yang berbau pada waktu mati".
Syaqiq Balkhi rah.a berkata, "Ibadah adalah pekerjaan yang bengkelnya adalah kesunyian dan alatnya menahan lapar. Fudhail rah.a biasa berkata kepada dirinya sendiri, "Engkau takut kelaparan, padahal kelaparan adalah sesuatu yang tidak perlu ditakuti. Apakah kedudukanmu?, padahal Rasulullah saw dan para sahabatnya (yang berkedudukan mulia) selalu kelaparan?".
Fudhail rah.a juga biasa berkata, "Wahai Allah, Engkau telah memberi kelaparan kepadaku dan kepada keluargaku, dalam malam yang gelap gulita tanpa cahaya. Hal itu biasa engkau lakukan terhadap hamba-hamba-Mu yang shalih saja.Ya Allah, amalanku yang mana yang telah menyebabkan Engkau mengaruniakan kepadaku kemuliaan yang sangat tinggi.".
Menurutnya ia bukanlah orang yang shalih, namun ia sangat heran mengapa ia dilayani seperti orang-orang shalih, ini disebabkan amalannya yang mana?
Kahmas rah.a biasa berkata dalam munajatnya, "Ya Allah, Engkau jadikan aku kelaparan dan telanjang. Dan Engkau beri aku malam gelap gulita tanpa pelita, karena amalanku yang mana aku menerima kemuliaan dan ketinggian seperti ini?".
Ketika Fatah Muwasili rah.a. sakit panas atau kelaparan yang amat sangat, ia berkata, "Ya Allah, Engkau mengaruniakan kepadaku penyakit dan kelaparan, padahal ujian seperti ini hanya engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih saja. Dengan amalan apakah aku dapat mensyukuri nikmat-Mu ini?"
Malik bin Dinar rah.a berkata kepada Muhammad bin Wasi' rah.a, "Seseorang itu diberkahi ketika ia memperoleh rezeki yang sedikit sekadar untuk hidup, dan tidak perlu meminta kepada orang lain.". Muhammad bin Wasi' rah.a menjawab, "Orang yang diberkahi adalah orang yang lapar pada waktu pagi dan juga lapar pada sore hari, dan ia ridha kepada Tuhannya dengan keadaan tersebut.".
Abu Sulaiman rah.a berkata, "Mengurangi sesuap makan pada malam hari lebih aku sukai daripada beribadah sepanjang malam. Ia juga berkata, "Kelaparan adalah sesuatu yang istimewa dari khazanah Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang dicintainya."
Pernah Sahal bin Abdillah Tastari rah.a mengalami kelaparan selama dua puluh hari. Ia hanya menyediakan uang satu dirham untuk perbelanjaan selama satu tahun. Ia selalu menganjurkan agar menahan lapar, sehingga ia berkata, "Tidak ada amalan yang lebih tinggi daripada meninggalkan makanan yang melebihi keperluan, karena yang demikian itu mengikuti jejak Rasulullah saw."
Ia juga berkata bahwa hikmah dan ilmu ada dalam kelaparan, sedang kejahilan dan dosa berpangkal dari makan kenyang. Lalu katanya lagi, "Seseorang itu tidak akan mencapai derajat abdal (wali), sehingga ia menjadikan lapar, duduk dan diam, berjaga malam, dan menyukai kesunyian sebagai kebiasaannya. Barangsiapa yang terbiasa menahan lapar, ia tidak akan diserang penyakit was-was.".
Abdul Wahid bin Zaid rah.a berkata sambil bersumpah, "Allah swt tidak akan membersihkan hati seseorang kecuali jika ia menahan lapar. Inilah sebabnya mengapa orang-orang wara' dapat berjalan di atas air. Dengan itulah mereka mendapatkan Thayyul-Ardh." (Ihya'). Thayyul-Ardh adalah gerakan cepat yang dimiliki orang-orang wara'. Mereka dapat melintasi ribuan kilometer hanya dengan beberapa langkah saja.
Dari Aisyah r.ha, ia berkata, "Selama hidupnya, Rasulullah saw tidak pernah makan kenyang dengan roti gandum dalam dua hari berturut-turut hingga beliau wafat.". (H.r. Tirmidzi — Syama'il)
Inilah kehidupan Rasulullah saw yang tidak hanya diceritakan dalam beberapa hadits, tetapi beratus-ratus hadits juga menyatakan bahwa seperti itulah cara Rasulullah saw menjalani kehidupan.
Pada zaman ini banyak terdengar berita tentang kemiskinan dan kelaparan yang menimpa kaum muslimin. Namun, berapa orang di antara mereka yang selama dua hari berturut-turut pernah mengalami tidak makan roti dalam seumur hidupnya?
Dalam kitab Syama'il Tirmidzi juga telah dikutip sebuah hadits mengenai kehidupan keluarga Rasulullah saw. Hingga beliau wafat, ternyata mereka tidak pernah makan kenyang selama dua hari berturut-turut walaupun hanya tepung roti gandum.
Ibnu Abbas r.huma berkata, "Rasulullah saw dan keluarganya telah menghabiskan malam-malam mereka dalam keadaan tidak makan beberapa malam berturut-turut. Di rumah Rasulullah saw, semua ahli keluarga beliau mengalami kelaparan sepanjang malam, dan Rasulullah saw sendiri telah menyambung hidupnya dengan rotl gandum saja.
Sahal r.a pernah ditanya seseorang, "Apakah Rasulullah saw biasa makan tepung yang halus?". Ia menjawab, "Mungkin selama hayat beliau yang berkah itu, beliau tidak pernah mellhat tepung halus sampai beliau wafat.". Orang itu bertanya lagi, "Apakah pada zaman Rasulullah saw kalian tidak menggunakan penyaring tepung?". Sahal r.a menjawab, "Saringan tepung belum ada pada zaman Rasulullah saw.".
Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana kalian makan tepung dan roti yang belum disaring?". Jawab Sahal r.a, "Tepung itu kami goyangkan satu kali di tempatnya lalu kami tiup, hingga yang kasar beterbangan, dan yang tersisa itulah yang dimasak dan dibuat roti.".
Sebuah hadits menyatakan bahwa barangsiapa mengurangi makan dan minum di dunia, maka Allah swt akan membanggakannya di hadapan para malaikat dengan firmannya, "Lihatlah, Aku memberikan kekurangan makanan dan minuman, tetapi ia bersabar. Bersaksilah kamu bahwa Aku akan meninggikan derajatnya di surga sesuai dengan setiap suapan yang ia kurangi di dunia.". (Ihya').
Meskipun demikian, hendaknya kita ingat bahwa tidaklah sepantasnya jika kita mengurangi makan secara berlebihan, sehingga membahayakan kesehatan dan menyebabkan terganggunya amalan agama. Inilah sebabnya mengapa kita disunnahkan makan sahur, yaitu agar kita tidak menjadi lemah ketika berpuasa. Begitu juga, kita disunnahkan tidur pada tengah hari (qailulah) agar dapat membantu ibadah pada tengah malam.
Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada wadah yang lebih buruk daripada perut dari segi isinya. Jika terpaksa rnakan, hendaknya membagi perut menjadi tiga bagian. Satu bagian diisi dengan makanan, sebagian diisi dengan minuman atau air, dan yang ketiga ditinggalkan kosong untuk pernapasan.".
Suatu ketika, Fathimah r.ha membawa sepotong roti kepada Rasulullah saw. Lalu beliau saw bertanya, "Apakah itu?".
Fathimah r.ha menjawab, "Ya Rasulullah, hari ini saya telah memasak roti dan saya tidak suka memakannya tanpa engkau ikut makan bersama kami.".
Rasulullah saw bersabda, "Dalam tiga hari, inilah makanan pertama yang masuk ke mulut ayahmu.".
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa menahan lapar di dunia, ia akan kenyang di akhirat. Dan Allah swt sangat tidak menyukai banyak makan sehingga tidak dapat dicerna. Barangsiapa tidak makan sesuatu, padahal ia sangat ingin memakannya, maka akan disediakan baginya satu derajat di surga.".
Umar r.a berkata, "Hindarilah dirimu dari makan kenyang, karena yang demikian itu menyebabkan perasaan berat ketika hidup, dan menjadi kotoran yang berbau pada waktu mati".
Syaqiq Balkhi rah.a berkata, "Ibadah adalah pekerjaan yang bengkelnya adalah kesunyian dan alatnya menahan lapar. Fudhail rah.a biasa berkata kepada dirinya sendiri, "Engkau takut kelaparan, padahal kelaparan adalah sesuatu yang tidak perlu ditakuti. Apakah kedudukanmu?, padahal Rasulullah saw dan para sahabatnya (yang berkedudukan mulia) selalu kelaparan?".
Fudhail rah.a juga biasa berkata, "Wahai Allah, Engkau telah memberi kelaparan kepadaku dan kepada keluargaku, dalam malam yang gelap gulita tanpa cahaya. Hal itu biasa engkau lakukan terhadap hamba-hamba-Mu yang shalih saja.Ya Allah, amalanku yang mana yang telah menyebabkan Engkau mengaruniakan kepadaku kemuliaan yang sangat tinggi.".
Menurutnya ia bukanlah orang yang shalih, namun ia sangat heran mengapa ia dilayani seperti orang-orang shalih, ini disebabkan amalannya yang mana?
Kahmas rah.a biasa berkata dalam munajatnya, "Ya Allah, Engkau jadikan aku kelaparan dan telanjang. Dan Engkau beri aku malam gelap gulita tanpa pelita, karena amalanku yang mana aku menerima kemuliaan dan ketinggian seperti ini?".
Ketika Fatah Muwasili rah.a. sakit panas atau kelaparan yang amat sangat, ia berkata, "Ya Allah, Engkau mengaruniakan kepadaku penyakit dan kelaparan, padahal ujian seperti ini hanya engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih saja. Dengan amalan apakah aku dapat mensyukuri nikmat-Mu ini?"
Malik bin Dinar rah.a berkata kepada Muhammad bin Wasi' rah.a, "Seseorang itu diberkahi ketika ia memperoleh rezeki yang sedikit sekadar untuk hidup, dan tidak perlu meminta kepada orang lain.". Muhammad bin Wasi' rah.a menjawab, "Orang yang diberkahi adalah orang yang lapar pada waktu pagi dan juga lapar pada sore hari, dan ia ridha kepada Tuhannya dengan keadaan tersebut.".
Abu Sulaiman rah.a berkata, "Mengurangi sesuap makan pada malam hari lebih aku sukai daripada beribadah sepanjang malam. Ia juga berkata, "Kelaparan adalah sesuatu yang istimewa dari khazanah Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang dicintainya."
Pernah Sahal bin Abdillah Tastari rah.a mengalami kelaparan selama dua puluh hari. Ia hanya menyediakan uang satu dirham untuk perbelanjaan selama satu tahun. Ia selalu menganjurkan agar menahan lapar, sehingga ia berkata, "Tidak ada amalan yang lebih tinggi daripada meninggalkan makanan yang melebihi keperluan, karena yang demikian itu mengikuti jejak Rasulullah saw."
Ia juga berkata bahwa hikmah dan ilmu ada dalam kelaparan, sedang kejahilan dan dosa berpangkal dari makan kenyang. Lalu katanya lagi, "Seseorang itu tidak akan mencapai derajat abdal (wali), sehingga ia menjadikan lapar, duduk dan diam, berjaga malam, dan menyukai kesunyian sebagai kebiasaannya. Barangsiapa yang terbiasa menahan lapar, ia tidak akan diserang penyakit was-was.".
Abdul Wahid bin Zaid rah.a berkata sambil bersumpah, "Allah swt tidak akan membersihkan hati seseorang kecuali jika ia menahan lapar. Inilah sebabnya mengapa orang-orang wara' dapat berjalan di atas air. Dengan itulah mereka mendapatkan Thayyul-Ardh." (Ihya'). Thayyul-Ardh adalah gerakan cepat yang dimiliki orang-orang wara'. Mereka dapat melintasi ribuan kilometer hanya dengan beberapa langkah saja.