Dalam sebuah khutbahnya, abu Bakar sidiq r.a menekankan bab syukur. Beliau menceritakan sebuah hadits tentang keadaan seorang di hari akhirat. Disebutkan segala nikmat pada diri seorang tadi di hadapan Ilahi, dimana ia sewaktu di dunia tidak mensyukurinya. Maka para malaikat melaknati orang tersebut sehingga ia menjadi malu.. dan sangat-sangat malu. Saking malunya, orang tersebut menggigit kuku tangannya sendiri.
Penyebutan nikmat2 Alloh yg ia terima pun berlanjut. Makin menjadilah malu si fulan, sehingga ia mulai menggigit jari-jari tangannya sendiri sampai habis ter-makan jari-jari tersebut. Ia terus menggigit tangannya, sampai ke siku (kurang lebih seperti itu- pen).
Karena tidak kuat lagi menahan malu, maka si orang tadi memohon agar ia di masukkan neraka saja.
Alangkah dahsyatnya peristiwa tersebut. Begitu tercengang saya sewaktu mendengar kisah ini yang dibaca saat taklim di pesantren.
Sejenak, mari fokuskan seluruh fikiran, akal dan hati kita.. Apa kita sudah syukuri semua yang telah ada pada kita? Mampukah kita hitung nikmat-nikmat yang telah kita terima? Simaklah ayat berikut:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ
اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S An Nahl: 18)
Lihat nikmat yang ada pada makanan yg kita makan, minuman yg kita minum. Pada seluruh anggota tubuh kita, tangan, kaki, mata, telinga dst.
Tidakkah rumah yang kita tempati, pakaian yang kita pakai untuk menutup aurat, kendaraan yang kita naiki adalah nikmat yang besar?
Tubuh yang sehat, rasa aman, tentram, semuanya adalah karunia dariNya. Bahkan dalam sebuah hadits digambarkan, bahwa seseorang yang pada pagi hari sudah ada yang dimakan pada hari itu, tubuh yang sehat, ia berada di gubuknya dan aman dari bahaya, maka seolah ia telah mendapat dunia beserta isinya (mahfum dari sebuah hadits).
Sebenarnya, perasaan menerima yang telah kita dapatkan dengan penuh syukur akan kembali pada kita sendiri. Minimalnya kita akan merasa tenang, tentram dan rasa yang tidak bisa diceritakan.
Tidakkah rumah yang kita tempati, pakaian yang kita pakai untuk menutup aurat, kendaraan yang kita naiki adalah nikmat yang besar?
Tubuh yang sehat, rasa aman, tentram, semuanya adalah karunia dariNya. Bahkan dalam sebuah hadits digambarkan, bahwa seseorang yang pada pagi hari sudah ada yang dimakan pada hari itu, tubuh yang sehat, ia berada di gubuknya dan aman dari bahaya, maka seolah ia telah mendapat dunia beserta isinya (mahfum dari sebuah hadits).
Sebenarnya, perasaan menerima yang telah kita dapatkan dengan penuh syukur akan kembali pada kita sendiri. Minimalnya kita akan merasa tenang, tentram dan rasa yang tidak bisa diceritakan.
Wahai hamba Alloh, berhentilah mengeluh dari apa-apa yang tidak kalian dapatkan. Alloh Ta'ala lebih tahu apa yang terbaik buat kita, apa yg mudlorot bagi kita. Khusnuzhon pada ketetapan Alloh adalah yang terbaik yang bisa kita lakukan. Mensyukuri segala pemberianNya, adalah sikap yang selayaknya kita perbuat.
Moga kita diberi hidayah, inayah, taufik untuk mengamalkannya. Amin