Muslim yang bijak adalah muslim yang mampu membedakan antara maksud hidup dan keperluan hidup. Maksud hidup secara sederhananya adalah hakekat yang dicita-citakan dalam kehidupan manusia di dunia. Sedangkan keperluan hidup adalah hal-hal yang diperlukan dalam mewujudkan maksud hidup.
Sejatinya, akherat adalah menjadi maksud hidup seorang muslim dan dunia adalah keperluan hidupnya.
Permisalan antara maksud hidup dan keperluan hidup adalah seperti seorang anak dan seekor kambing. Apabila kita memiliki seorang anak dan seekor kambing, tentunya segenap kecintaan, pemeliharaan dan kasih sayang kita akan lebih berat kepada anak kita daripada kepada seekor kambing. Maka pada saat anak kita sakit, kita akan rela menjual kambing kita untuk keperluan pengobatan dan kesembuhan anak kita.
Mengapa demikian? Karena salah satu maksud dan adanya sebuah pernikahan adalah mempunyai seorang anak yang akan meneruskan garis keturunan kita.
Jadi anak kita diibaratkan sebagai maksud hidup kita. Tetapi hal ini tidak berlaku sebaliknya, apabila kambing kita yang sakit alangkah bodoh dan tidak bijaksananya kalau kita harus menjual anak kita untuk mengobati kambing.
Itulah tamsil agama (kehidupan akherat) dan dunia kita. Bila nasib kehidupan akherat kita terancam hancur dan masa depan kubur kita suram gara-gara sibuk mengais rupiah, menumpuk kekayaan dunia dan merebut tahta jabatan yang akan kita tinggalkan saat mati, mestinya kita harus mengambil keputusan untuk membenahi kehidupan akherat kita dan bahkan harus belajar meninggalkan kesibukkan dunia.
Jangan sampai kita lupa, mengobati sakitnya kambing dengan menjual anak kita sendiri. Gara-gara kesulitan ekonomi dan sulit mencari uang kita pun meninggalkan perintah Allah Swt. seperti Shalat, Perintah2 Alloh lainnya juga Da’wah.
Dunia walau bagaimanapun tetaplah keperluan yang suatu saat nanti, entah kapan pasti akan kita tinggalkan. Belajar meninggalkan dunia dan tidak mencintainya berarti membuka jalan terbukanya hidayah dan membuat dunia itu sendiri mengejar dan datang sendiri padanya.
Sejatinya, akherat adalah menjadi maksud hidup seorang muslim dan dunia adalah keperluan hidupnya.
Permisalan antara maksud hidup dan keperluan hidup adalah seperti seorang anak dan seekor kambing. Apabila kita memiliki seorang anak dan seekor kambing, tentunya segenap kecintaan, pemeliharaan dan kasih sayang kita akan lebih berat kepada anak kita daripada kepada seekor kambing. Maka pada saat anak kita sakit, kita akan rela menjual kambing kita untuk keperluan pengobatan dan kesembuhan anak kita.
Mengapa demikian? Karena salah satu maksud dan adanya sebuah pernikahan adalah mempunyai seorang anak yang akan meneruskan garis keturunan kita.
Jadi anak kita diibaratkan sebagai maksud hidup kita. Tetapi hal ini tidak berlaku sebaliknya, apabila kambing kita yang sakit alangkah bodoh dan tidak bijaksananya kalau kita harus menjual anak kita untuk mengobati kambing.
Itulah tamsil agama (kehidupan akherat) dan dunia kita. Bila nasib kehidupan akherat kita terancam hancur dan masa depan kubur kita suram gara-gara sibuk mengais rupiah, menumpuk kekayaan dunia dan merebut tahta jabatan yang akan kita tinggalkan saat mati, mestinya kita harus mengambil keputusan untuk membenahi kehidupan akherat kita dan bahkan harus belajar meninggalkan kesibukkan dunia.
Jangan sampai kita lupa, mengobati sakitnya kambing dengan menjual anak kita sendiri. Gara-gara kesulitan ekonomi dan sulit mencari uang kita pun meninggalkan perintah Allah Swt. seperti Shalat, Perintah2 Alloh lainnya juga Da’wah.
Dunia walau bagaimanapun tetaplah keperluan yang suatu saat nanti, entah kapan pasti akan kita tinggalkan. Belajar meninggalkan dunia dan tidak mencintainya berarti membuka jalan terbukanya hidayah dan membuat dunia itu sendiri mengejar dan datang sendiri padanya.