Dari Abu Sa'id r.a., bersabda Rasulullah saw, "Rabb Tabaraka wa Ta'ala berfirman,' Barangsiapa disibukkan dengan Al Qur'an daripada berdzikir dan berdoa kepada-Ku, niscaya Aku berikan kepadanya sesuatu yang terbaik yang Aku berikan kepada orang yang meminta kepada-Ku. Dan keutamaan Kalamullah terhadap kalam lainnya seperti keutamaan Allah terhadap makhluk-Nya." ( Tirmidzi, Darami, Baihaqi )
Penjelasan:
Seseorang yang sibuk menghafal, mempelajari atau memahami Al Qur'an sehingga ia tidak sempat berdoa, maka Allah swt akan memberinya sesuatu yang lebih utama daripada yang telah diberikan kepada orang yang berdoa. Sebagaimana dalam urusan keduniaan, jika seseorang akan membagikan kue atau makanan kepada orang banyak, lalu ia memilih seseorang untuk membagikannya. Maka bagian kue untuk orang yang bertugas membagikan, akan disisihkan terlebih dahulu. Mengenai kesibukkan orang yang selalu membaca Al Qur'an, telah disebutkan di dalam hadits lain bahwa Allah swt akan mengaruniakan kepadanya pahala yang lebih baik daripada pahala orang yang selalu bersyukur.
Dari Uqbah bin Amir r.a., ia berkata, "Rasulullah saw keluar dan menemui kami di shuffah. Beliau bersabda, " Siapakah di antara kalian yang suka setiap pagi pergi ke pasar Buthan atau Aqiq, kemudian pulang membawa dua ekor unta betina yang berpunuk besar tanpa berbuat dosa atau memutuskan silaturahmi?' Maka kami menjawab, ‘ Ya Rasulullah, setiap kami menyukainya.' Sabda Beliau, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak pergi pada pagi hari ke masjid lalu belajar atau membaca dua ayat Al Qur'an ( padahal ) itu lebih baik baginya daripada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor unta betina, empat ayat lebih baik daripada empat ekor unta betina dan seterusnya, sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah unta yang sama." ( Muslim, Abu Dawud ).
Penjelasan:
Shuffah adalah sebuah lantai khusus di Masjid Nabawi, tempat orang-orang miskin Muhajirin tinggal di sana. Jumlah shahabat ahlush-shuffah selalu berubag dari waktu ke waktu. Allamah As-Suyuthi rah telah menulis seratus satu nama shahabat yang tinggal di suffah dan ia menulis tentang mereka di dalam risalah tersendiri. Sedangkan Buthan dan Aqiq adalah nama dua tempat di Madinah sebagai pasar perdagangan unta. Orang Arab sangat menyukai unta, terutama unta betina yang berpunuk besar.
Maksud ‘tanpa berbuat dosa' adalah tanpa suatu usaha. Bukan sebagaimana harta seseorang yang dapat bertambah banyak melalui pemerasan atau mencuri dari orang lain, atau dari merampas warisan sesama saudara. Oleh sebab itu, Rasulullah saw menafikkan semua cara itu, yaitu tanpa bersusah payah sama sekali atau berbuat dosa. Semua orang tentu senang memperolehnya, tetapi disebutkan bahwa mempelajari beberapa ayat Al Qur'an itu lebih baik dan lebih utama daripada mendapatkan semua itu.
Hendaknya kita meyakini bahwa seekor atau dua ekor unta sama sekali tidak sebanding, bahkan walaupun dibandingkan dengan satu kerajaan seluas tujuh benua, semua pasti akan ditinggalkan. Jika bukan hari ini, tentu pada hari esok, ketika maut menjemput, pasti semuanya terpaksa harus berpisah. Sebaliknya pahala membaca satu ayat Al Qur'an akan bermanfaat selama-lamanya. Dalam urusan keduniaan kita dapat menyaksikan bahwa seseorang yang diberi satu rupiah tanpa beban tanggung jawab apapun, akan lebih senang daripada dipinjami seribu rupiah agar disimpan olehnya, tetapi kelak akan diambil kembali lagi karena ia terbebani amanah tanpa mendapatkan manfaat apapun.
Inti maksud hadits di atas adalah mengingatkan kita akan perbandingan sesuatu yang fana dengan yang abadi. Ketika seseorang diam atau bergerak, hendaknya selalu berpikir apakah dirinya sedang berbuat sesuatu yang sementara dan sia-sia, atau sesuatu yang kekal dan bermanfaat? Betapa rugi waktu yang hanya digunakan untuk mencari bencana yang abadi. Kalimat terakhir dalam hadits di atas menyebutkan bahwa jumlah yang sama tetap lebih utama daripada jumlah untanya. Kalimat itu mengandung tiga maksud, yaitu:
1. Hanya sampai jumlah empat. Masalah ini telah dijelaskan dengan terperinci. Dan selebihnya disebutkan secara umum bahwa semakin banyak ayat itu dibaca, akan lebih utama daripada sejumlah unta yang sama. Adapun unta yang dimaksud adalah semua jenis unta, baik jantan maupun betina. Disebutkan hingga jumlah keempat agar dapat dibayangkan bagaimana jika lebih dari empat.
2. Jumlahnya sama dengan yang disebutkan dalam hadits di atas, tetapi untanya bergantung pada selera masing-masing. Ada yang menyukai unta betina, ada yang menyukai unta jantan. Oleh sebab itu, Nabi saw menegaskan bahwa satu ayat lebih berharga daripada seekor unta betina. Jika seseorang menyukai unta jantan, artinya satu ayat lebih baik daripada seekora unta jantan.
3. Keterangan di atas hanya untuk jumlah tersebut, tidak lebih dari empat. Jika dibandingkan dengan maksud kedua, maka bukan saja lebih baik daripada unta betina atau jantan, tetapi lebih baik daripada keduanya. Jelasnya, membaca satu ayat lebih baik daripada sepasang unta jantan dan unta betina. Demikianlah seterusnya, setiap ayat lebih utama daripada sepasang unta. Ayah Maulana Zakariyya ( Nawwarullah Marqodahu ) lebih menyetujui pendapat ini, sebab lebih banyak keutamaannya. Walaupun demikian, tetap tidak dapat disamakan antara membaca satu ayat Al Qur'an dengan satu ekor atau dua ekor unta, ini sekedar peringatan dan contoh. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa satu ayat Al Qur'an akan memperoleh pahala abadi yang lebih utama dan lebih baik daripada kerajaan seluas tujuh benua yang fana ini.
Mulla Ali Qari rah menulis tentang seorang syaikh yang sedang bersafar. Ketika tiba di Jeddah, ia diminta oleh para pengusaha kaya agar tinggal lebih lama di tempat mereka, agar dengan keberkahan syaikh, harta dan perniagaan mereka mendapat keuntungan. Maksudnya, para pelayan syaikh juga akan mendapatkan bagian dari keuntungan perniagaannya tersebut. Pada mulanya syaikh menolak tawaran mereka, tetapi setelah didesak terus, akhirnya syaikh berkata, " Berapakah keuntungan tertinggi dari perniagaan kalian?" Jawab mereka," Penghasilan kami berbeda, setidaknya kami mendapatkan keuntungan dua kali lipat." Kata syaikh, " Kalian telah bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Aku tidak menghendaki keuntungan yang sedikit ini, sehingga harus kehilangan shalatku di Masjidil Haram, yang pahalanya dilipatgandakan sampai seratus ribu kali lipat."
Pada hakikatnya, kaum muslimin hendaknya memikirkan betapa mereka telah mengorbankan keuntungan agama demi mendapatkan keuntungan dunia yang sedikit ini.
Dari Aisyah r.ha., Rasulullah saw. Bersabda, " Orang yang ahli dalam Al Qur'an akan bersama para malaikat pencatat yang mulia lagi benar. Dan orang yang terbata-bata membaca Al Qur'an serta bersusah payah ( mempelajarinya ), maka baginya pahala dua kali ( Bukhari, Muslim, Abu Dawud ).
Penjelasan:
Yang disebut " orang yang ahli dalam Al Qur'an' adalah orang yang hafal Al Qur'an dan senantiasa membacanya, apalagi dengan memahami arti dan maksudnya. Dan yang dimaksud ‘bersama-sama malaikat' adalah ia termasuk golongan yang memindahkan Al Qur'anul Karim dari Lauhul Mahfudz dan menyampaikan kepada orang lain melalui bacaannya. Dengan demikian, keduanya memiliki pekerjaan yang sama. Juga dapat berarti : Ia akan bersama para malaikat pada hari mahsyar nanti. Dan orang yang terbata-bata membaca Al Qur'an akan memperoleh dua pahala: satu pahala karena bacaannya dan satunya lagi karena kesungguhannya mempelajari Al Qur'an berkali-kali. Tetapi, bukan berarti pahalanya akan melebihi pahala ahli Al Qur'an. Orang yang ahli membaca Al Qur'an tentu akan memperoleh derajat yang istimewa, yaitu bersama para malaikat khusus. Maksud yang sebenarnya, bahwa dengan bersusah payah mempelajari Al Qur'an akan menghasilkan pahala ganda, sehingga tidak semestinya kita meninggalkan bacaan Al Qur'an, walaupun menghadapi kesulitan dalam membacanya.
Mulla Ali Qari rah meriwayatkan dari Thabrani rah dan Baihaqi rah, " Barangsiapa membaca Al Qur'an sedangkan ia tidak hafal, maka ia akan memperoleh pahala dua kali lipat. Dan barangsiapa benar-benar ingin menghafal Al Qur'an tetapi tidak mampu, tetapi ia terus membacanya, maka Allah swt akan membangkitkannya pada hari mahsyar dengan para hafiz Al Qur'an.
Penjelasan:
Seseorang yang sibuk menghafal, mempelajari atau memahami Al Qur'an sehingga ia tidak sempat berdoa, maka Allah swt akan memberinya sesuatu yang lebih utama daripada yang telah diberikan kepada orang yang berdoa. Sebagaimana dalam urusan keduniaan, jika seseorang akan membagikan kue atau makanan kepada orang banyak, lalu ia memilih seseorang untuk membagikannya. Maka bagian kue untuk orang yang bertugas membagikan, akan disisihkan terlebih dahulu. Mengenai kesibukkan orang yang selalu membaca Al Qur'an, telah disebutkan di dalam hadits lain bahwa Allah swt akan mengaruniakan kepadanya pahala yang lebih baik daripada pahala orang yang selalu bersyukur.
Dari Uqbah bin Amir r.a., ia berkata, "Rasulullah saw keluar dan menemui kami di shuffah. Beliau bersabda, " Siapakah di antara kalian yang suka setiap pagi pergi ke pasar Buthan atau Aqiq, kemudian pulang membawa dua ekor unta betina yang berpunuk besar tanpa berbuat dosa atau memutuskan silaturahmi?' Maka kami menjawab, ‘ Ya Rasulullah, setiap kami menyukainya.' Sabda Beliau, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak pergi pada pagi hari ke masjid lalu belajar atau membaca dua ayat Al Qur'an ( padahal ) itu lebih baik baginya daripada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor unta betina, empat ayat lebih baik daripada empat ekor unta betina dan seterusnya, sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah unta yang sama." ( Muslim, Abu Dawud ).
Penjelasan:
Shuffah adalah sebuah lantai khusus di Masjid Nabawi, tempat orang-orang miskin Muhajirin tinggal di sana. Jumlah shahabat ahlush-shuffah selalu berubag dari waktu ke waktu. Allamah As-Suyuthi rah telah menulis seratus satu nama shahabat yang tinggal di suffah dan ia menulis tentang mereka di dalam risalah tersendiri. Sedangkan Buthan dan Aqiq adalah nama dua tempat di Madinah sebagai pasar perdagangan unta. Orang Arab sangat menyukai unta, terutama unta betina yang berpunuk besar.
Maksud ‘tanpa berbuat dosa' adalah tanpa suatu usaha. Bukan sebagaimana harta seseorang yang dapat bertambah banyak melalui pemerasan atau mencuri dari orang lain, atau dari merampas warisan sesama saudara. Oleh sebab itu, Rasulullah saw menafikkan semua cara itu, yaitu tanpa bersusah payah sama sekali atau berbuat dosa. Semua orang tentu senang memperolehnya, tetapi disebutkan bahwa mempelajari beberapa ayat Al Qur'an itu lebih baik dan lebih utama daripada mendapatkan semua itu.
Hendaknya kita meyakini bahwa seekor atau dua ekor unta sama sekali tidak sebanding, bahkan walaupun dibandingkan dengan satu kerajaan seluas tujuh benua, semua pasti akan ditinggalkan. Jika bukan hari ini, tentu pada hari esok, ketika maut menjemput, pasti semuanya terpaksa harus berpisah. Sebaliknya pahala membaca satu ayat Al Qur'an akan bermanfaat selama-lamanya. Dalam urusan keduniaan kita dapat menyaksikan bahwa seseorang yang diberi satu rupiah tanpa beban tanggung jawab apapun, akan lebih senang daripada dipinjami seribu rupiah agar disimpan olehnya, tetapi kelak akan diambil kembali lagi karena ia terbebani amanah tanpa mendapatkan manfaat apapun.
Inti maksud hadits di atas adalah mengingatkan kita akan perbandingan sesuatu yang fana dengan yang abadi. Ketika seseorang diam atau bergerak, hendaknya selalu berpikir apakah dirinya sedang berbuat sesuatu yang sementara dan sia-sia, atau sesuatu yang kekal dan bermanfaat? Betapa rugi waktu yang hanya digunakan untuk mencari bencana yang abadi. Kalimat terakhir dalam hadits di atas menyebutkan bahwa jumlah yang sama tetap lebih utama daripada jumlah untanya. Kalimat itu mengandung tiga maksud, yaitu:
1. Hanya sampai jumlah empat. Masalah ini telah dijelaskan dengan terperinci. Dan selebihnya disebutkan secara umum bahwa semakin banyak ayat itu dibaca, akan lebih utama daripada sejumlah unta yang sama. Adapun unta yang dimaksud adalah semua jenis unta, baik jantan maupun betina. Disebutkan hingga jumlah keempat agar dapat dibayangkan bagaimana jika lebih dari empat.
2. Jumlahnya sama dengan yang disebutkan dalam hadits di atas, tetapi untanya bergantung pada selera masing-masing. Ada yang menyukai unta betina, ada yang menyukai unta jantan. Oleh sebab itu, Nabi saw menegaskan bahwa satu ayat lebih berharga daripada seekor unta betina. Jika seseorang menyukai unta jantan, artinya satu ayat lebih baik daripada seekora unta jantan.
3. Keterangan di atas hanya untuk jumlah tersebut, tidak lebih dari empat. Jika dibandingkan dengan maksud kedua, maka bukan saja lebih baik daripada unta betina atau jantan, tetapi lebih baik daripada keduanya. Jelasnya, membaca satu ayat lebih baik daripada sepasang unta jantan dan unta betina. Demikianlah seterusnya, setiap ayat lebih utama daripada sepasang unta. Ayah Maulana Zakariyya ( Nawwarullah Marqodahu ) lebih menyetujui pendapat ini, sebab lebih banyak keutamaannya. Walaupun demikian, tetap tidak dapat disamakan antara membaca satu ayat Al Qur'an dengan satu ekor atau dua ekor unta, ini sekedar peringatan dan contoh. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa satu ayat Al Qur'an akan memperoleh pahala abadi yang lebih utama dan lebih baik daripada kerajaan seluas tujuh benua yang fana ini.
Mulla Ali Qari rah menulis tentang seorang syaikh yang sedang bersafar. Ketika tiba di Jeddah, ia diminta oleh para pengusaha kaya agar tinggal lebih lama di tempat mereka, agar dengan keberkahan syaikh, harta dan perniagaan mereka mendapat keuntungan. Maksudnya, para pelayan syaikh juga akan mendapatkan bagian dari keuntungan perniagaannya tersebut. Pada mulanya syaikh menolak tawaran mereka, tetapi setelah didesak terus, akhirnya syaikh berkata, " Berapakah keuntungan tertinggi dari perniagaan kalian?" Jawab mereka," Penghasilan kami berbeda, setidaknya kami mendapatkan keuntungan dua kali lipat." Kata syaikh, " Kalian telah bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Aku tidak menghendaki keuntungan yang sedikit ini, sehingga harus kehilangan shalatku di Masjidil Haram, yang pahalanya dilipatgandakan sampai seratus ribu kali lipat."
Pada hakikatnya, kaum muslimin hendaknya memikirkan betapa mereka telah mengorbankan keuntungan agama demi mendapatkan keuntungan dunia yang sedikit ini.
Dari Aisyah r.ha., Rasulullah saw. Bersabda, " Orang yang ahli dalam Al Qur'an akan bersama para malaikat pencatat yang mulia lagi benar. Dan orang yang terbata-bata membaca Al Qur'an serta bersusah payah ( mempelajarinya ), maka baginya pahala dua kali ( Bukhari, Muslim, Abu Dawud ).
Penjelasan:
Yang disebut " orang yang ahli dalam Al Qur'an' adalah orang yang hafal Al Qur'an dan senantiasa membacanya, apalagi dengan memahami arti dan maksudnya. Dan yang dimaksud ‘bersama-sama malaikat' adalah ia termasuk golongan yang memindahkan Al Qur'anul Karim dari Lauhul Mahfudz dan menyampaikan kepada orang lain melalui bacaannya. Dengan demikian, keduanya memiliki pekerjaan yang sama. Juga dapat berarti : Ia akan bersama para malaikat pada hari mahsyar nanti. Dan orang yang terbata-bata membaca Al Qur'an akan memperoleh dua pahala: satu pahala karena bacaannya dan satunya lagi karena kesungguhannya mempelajari Al Qur'an berkali-kali. Tetapi, bukan berarti pahalanya akan melebihi pahala ahli Al Qur'an. Orang yang ahli membaca Al Qur'an tentu akan memperoleh derajat yang istimewa, yaitu bersama para malaikat khusus. Maksud yang sebenarnya, bahwa dengan bersusah payah mempelajari Al Qur'an akan menghasilkan pahala ganda, sehingga tidak semestinya kita meninggalkan bacaan Al Qur'an, walaupun menghadapi kesulitan dalam membacanya.
Mulla Ali Qari rah meriwayatkan dari Thabrani rah dan Baihaqi rah, " Barangsiapa membaca Al Qur'an sedangkan ia tidak hafal, maka ia akan memperoleh pahala dua kali lipat. Dan barangsiapa benar-benar ingin menghafal Al Qur'an tetapi tidak mampu, tetapi ia terus membacanya, maka Allah swt akan membangkitkannya pada hari mahsyar dengan para hafiz Al Qur'an.